Mengadopsi IFRS berarti mengadopsi
bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat suatu perusahaan
dapat dimengerti oleh pasar global. Suatu perusahaan, tentunya, akan
memiliki daya saing lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan
keuangannya. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang telah mengadopsi
IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal
global.
Di seluruh dunia, IFRS telah diadopsi
oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa (ya iyalah),
Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hong Kong,
Filipina dan Singapura pun telah mengadopsinya. Sejak 2008, diperkirakan
sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam
bursa efek global menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan
mempresentasikan laporan keuangannya.
Contoh IFRS Timeline for Adoption
Di Indonesia, konvergensi IFRS dengan
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat
penting. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau lainnya ke IFRS berdampak
sangat luas. IFRS akan menjadi “kompetensi wajib-baru” bagi akuntan
publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan
pendidik. Mampukah para akuntan menghadapi perubahan yang secara
terus-menerus akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar global
terhadap informasi keuangan? Bagaimanakah persiapan Indonesia untuk IFRS
ini?
Sejak tahun 2004, IAI telah melakukan
harmonisasi antara PSAK/Indonesian GAAP dan IFRS. Konvergensi IFRS
diharapkan akan tercapai pada 2012. Walaupun IFRS masih belum diterapkan
secara penuh saat ini, persiapan dan kesiapan untuk menyambutnya akan
memberikan daya saing tersendiri untuk entitas bisnis di Indonesia.
.
Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai
standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap
dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi, lintas
negara. Sejumlah akuisisi lintas negara telah terjadi di Indonesia,
misalnya akuisisi Philip Morris terhadap Sampoerna (Mei 2005), akuisisi
Khazanah Bank terhadap Bank Lippo dan Bank Niaga (Agustus 2005), ataupun
UOB terhadap Buana (Juli 2005). Sebagaimana yang dikatakan Thomas
Friedman, “The World is Flat”, aktivitas merger dan akuisisi lintas
negara bukanlah hal yang tidak lazim. Karena IFRS dimaksudkan sebagai
standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri akuntansi Indonesia
untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Inilah
keuntungan dari mengadopsi IFRS.
Pertanyaan dan tantangan
tradisionalnya: apakah implementasi IFRS membutuhkan biaya yang besar?
Beberapa pihak sudah mengeluhkan besarnya investasi di bidang sistem
informasi dan teknologi informasi yang harus dipikul perusahaan untuk
mengikuti persyaratan yang diharuskan. Jawaban untuk pertanyaan ini
adalah jelas, adopsi IFRS membutuhkan biaya, energi dan waktu yang tidak
ringan, tetapi biaya untuk tidak mengadopsinya akan jauh lebih
signifikan. Komitmen manajemen perusahaan Indonesia untuk mengadopsi
IFRS merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing perusahaan
Indonesia di masa depan.
Kalo
menurutku, KAP ato konsultan IFRS di Indonesia juga banyak yang belum
menguasai aplikasi IFRS ini. Mereka langsung patok harga mahal karena
tidak mengusai aplikasi IFRS pada perusahaan. Dalam artian, mereka
kurang 'membumi' dalam penerapan IFRS itu. Jadi, kurang mempertimbangkan
biaya dan manfaat. Ada beberapa transaksi tidak material pun
diperhitungkan dalam penerapan IFRS. Hal inilah yang sering dikeluhkan
orang. Bahkan untuk beberapa penerapan PSAK yang berbasis IFRS seperti
PSAK 16, kami bisa melakukan sendiri tanpa konsultan dan telah diaudit
tanpa koreksi signifikan. Sedangkan untuk PSAK 50 dan 55, kami juga bisa
memilih konsultan dengan biaya murah. Memang, penguasaan akan bisnis
perusahaan sangat penting bagi akuntan perusahaan agar perusahaan tidak
perlu membayar mahal untuk konsultan IFRS.
Oleh:
by Sahat Parlindungan Simarmata - www.sahatsimarmata.com
Sumber: http://blog-akuntansi.blogspot.com/2010/05/adopsi-ifrs.html



Tidak ada komentar:
Posting Komentar